Wong Fu Kie : Legenda Restoran Hakka di Indonesia
Restoran. Merupakan tempat makan yang sudah muncul berabad-abad lamanya, sejauh ini sudah seringkali berevolusi menjadi bentuk yang modern seperti sekarang. Restoran menjadi tempat primadona orang-orang di seluruh dunia, tidak hanya karena kualitas makanannya saja, tetapi karena service atau layanannya yang membuat pelanggan puas dan nyaman. Sudah banyak jenis-jenis restoran di Indonesia yang menjadi favorit masyarakat nusantara dengan konsep bangunan dan jenis makanan yang berbeda pula.
Yang pertama adalah Restoran Cepat Saji atau yang kita kenal dengan sebutan restoran fast food. Jenis restoran ini menyediakan makanan yang disajikan lebih cepat dari restoran lain pada umumnya. Seringkali dikaitkan dengan frozen food untuk meningkatkan efisiensi dan penjualan menjadi tujuan utama bisnis fast food restaurant. Jenis restoran selanjutnya adalah fast casual dining. Sama-sama menggunakan kata fast atau cepat, tetapi memiliki perbedaan signifikan dari industri fast food yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Perbedaannya terletak dari penggunaan produk makanan yang lebih segar dan sehat untuk pelanggan. Tempatnya pun lebih nyaman dari restoran cepat saji, biasanya terdapat sofa.
Dari sekian banyaknya jenis restoran di Jakarta, ada 1 jenis restoran yang perlu Anda tahu, yaitu restoran Hakka. Restoran Hakka menyediakan masakan Hakka yang lebih kearah gurih dan rasanya yang tidak terlalu menyengat. Masakan orang Hakka dominan menggunakan bawang putih dan tapai ketan yang dimasak dengan rasa yang gurih. Kumpulan orang Hakka adalah kelompok besar masyarakat yang bermukim di provinsi Guangdong dan Fujian di Tiongkok Selatan, dan juga di berbagai bagian lain di Tiongkok, serta komunitas-komunitas Hakka di seluruh dunia seperti di Hongkong, Malaysia, Indonesia dan Singapura.
Jika berbicara tentang restoran Hakka di Indonesia, tentunya sangat tidak asing lagi bagi orang Tionghoa. Yup! Nama tempatnya adalah Wong Fu Kie. Restoran ini berbeda dari restoran Cina pada umumnya, karena restoran ini terkenal dengan makanan enaknya yang melegenda selama bertahun-tahun lamanya, bagaimana tidak? Restoran ini sudah berdiri sejak tahun 1925, bahkan sebelum Indonesia merdeka. 4 tahun dari sekarang hampir mendekati 100 tahun! Tempat makan ini juga disebut sebagai restoran Hakka tertua di Jakarta yang dibangun oleh kakek dari pemilik restoran yang sekarang. Pada awal berdiri, restoran ini terletak di samping jalan raya yang disusuri oleh jalur trem, kemudian pada tahun 1970an restoran berpindah lokasi ke tempat yang kita kenal sekarang sebagai bangunan tua nomor 22 yang berada di gang kecil dan sempit tanpa papan nama yang besar.
Jangan tertipu dengan bentuk bangunan restorannya yang kecil, karena rasa masakan yang disajikan pastinya melampaui ekspetasi pengunjung yang datang. Agar tidak menyesal ketika datang kesana, sebaiknya tidak datang pada waktu makan siang dan makan malam karena penuhnya pengunjung yang datang. Kualitas yang diberikan di klaim melebihi restoran-restoran ternama lainnya yang terkenal. Wong Fu Kie juga sempat booming di kalangan warganet, keviralan restoran ini menjadi 'magnet' bagi food blogger dan vlogger yang mendorong mereka untuk mereview tempat ini, apalagi letaknya yang 'tersembunyi' menjadikan Wong Fu Kie disebut sebagai salah satu hidden gem Jakarta. Wong Fu Kie mempunyai keistimewaan yang dimana pengunjung bisa memilih besarnya porsi yang diinginkan, jadi bagi kalian yang ingin setengah porsi saja, bisa banget!
Terkenal dengan rasanya yang khas dan gurih, restoran ini terletak di daerah glodok. Lebih tepatnya di Jalan Perniagaan, karena dulu daerahnya merupakan pusat perdagangan. Bicara tentang Glodok, Glodok adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Taman Sari, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini dikenal sebagai Pecinan terbesar sejak dahulu kala sebelum Batavia berganti nama menjadi Jakarta. Mayoritas warga Glodok merupakan warga keturunan Tionghoa, termasuk Tionghoa Jakarta. Pada masa kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik di Jakarta, Indonesia.
Pemilik restoran Wong Fu Kie generasi ketiga, yaitu Bapak Tjokro kini sudah membangun restoran keduanya di daerah Pantai Indah Kapuk lho! Lokasinya berada di Pancoran PIK yang dekat dengan Bundaran PIK. Sebelum makan di restoran, Anda bisa foto-foto bersama teman dan keluarga di lokasi Pancoran ini karena desain lokasinya menyerupai Cina tradisional jaman dahulu. Penuh dengan kolam ikan dan jembatan. Pak Tjokro memilih daerah Pantai Indah Kapuk sebagai lokasi restorannya karena mendapatkan fasilitas dari Agung Sedayu yang merupakan developer dari PIK. PIK terkenal dengan residensialnya yang terbesar di Jakarta Utara, dan terlengkap fasilitasnya. Pancoran PIK juga dijadikan sebagai destinasi kuliner untuk wisatawan dari berbagai daerah. Inilah mengapa Pak Tjokro tidak perlu ragu memilih pancoran PIK sebagai lokasi restorannya, karena terbukti efektif dalam mendatangkan pengunjung.
Bentuk bangunan Wong Fu Kie yang di PIK terihat sangat berbeda dengan yang berada di Glodok. restoran di PIK terdiri dari 2 lantai yang tentunya bisa menampung lebih banyak pengunjung jika dibandingkan dengan yang di Glodok. Dekorasi di dalamnya juga tidak jauh dari nuansa Traditional Chinese seperti halnya dengan Wong Fu Kie yang sudah berumur sangat tua.
Di masa pandemi seperti ini, banyak pengunjung yang berusaha menghindari tempat umum yang ramai karena takut tertular virus Corona, tetapi ini bukan berarti Anda harus ragu dengan Wong Fu Kie. Karena restoran legendaris ini semasa pandemi, sudah meningkatkan segi kualitasnya dan kebersihannya secara maksimal. Jika berkeinginan untuk makan disini bersama keluarga atau teman-teman janganlah khawatir, karena Pak Tjokro sudah membuat restorannya aman untuk dikunjungi oleh kalian yang ingin datang kesana.
Di awal pintu masuk restoran, sudah disediakan hand sanitizer dan body temperature scanner untuk mendeteksi suhu tubuh pengunjung restoran. Selain itu di pintu masuk juga terdapat pipa yang mengeluarkan asap disinfektan agar bisa membersihkan tubuh pengunjung dari virus berbahaya yang masih hinggap di tubuh. Jika sudah masuk kedalam Anda akan disambut oleh waiter dan waitress yang memakai pin kuning di dada kiri mereka yang menandakan mereka sudah di vaksin 2 kali, yang berarti aman untuk pengunjung dan lingkungan restoran. Mereka juga dilengkapi oleh masker dan face shield untuk proteksi tambahan, walaupun sudah divaksin. Ini menunjukkan dedikasi pak Tjokro untuk membuat lingkungan restorannya higienis dan bersih, agar tidak mengecewakan pengunjung.
Jika Anda akan menuju ke lantai dua, Anda akan melihat sebuah pajangan yang sangat besar dan tinggi. Ya! Itu adalah foto dari keluarga pak Tjokro yang sebelumnya merupakan pengelola restoran legendaris ini. Di foto tersebut terdapat pak Tjokro sendiri, dan anggota keluarga lainnya yang memiliki peran penting dalam sejarah pengelolaan restoran Wong Fu Kie. Selain foto keluarga, juga terdapat foto-foto lawas zaman dahulu yang menggambarkan kondisi Glodok dan Jakarta pada masa itu. Foto hitam putih yang dipajang di sekitar dinding restoran menambah kesan oldschool yang membuat pengunjung merasa dibawa ke masa lalu ketika makan di Wong Fu Kie. Dinding dengan cat kuning-keemasan juga menambah keindahan restoran dari dalam.
Bicara tentang Wong Fu Kie, tidak boleh lupa dengan makanannya. Karena makanan lah yang menjadi fondasi restoran ini agar bisa terus berdiri sampai sekarang. Menu makanan yang wajib tidak boleh dilewatkan adalah Mun Kiaw Mien. Sebagai makanan yang pernah mendapatkan penghargaan dari Perancis tahun 2018, Mun Kiaw Mien adalah bakmi yang ditambah dengan sayuran dan daging babi, bisa juga dengan daging ayam atau sajian seafood. Makanan ini disajikan dengan tidak kering ataupun berkuah, tekstur bakminya hanya basah saja. Wajar saja makanan ini dijadikan rekomendasi di Wong Fu Kie, karena masakan ini rasanya sangat enak, mienya gurih, wanginya harum sekali dan susah dilupakan baunya. Bakmi favorit Wong Fu Kie ini juga dilengkapi oleh beberapa pangsit dan timun yang tak kalah enak rasanya, apalagi ada daging babi didalam pangsitnya nya. Wahh enak deh pokoknya!
Fun fact mengenai Mun Kiaw Mien, ternyata dibalik bakmi andalan Wong Fu Kie ini, terdapat cerita unik yang menarik. Bakmi ini merupakan resep dari Ibu kandung pak Tjokro sendiri yang tidak ada di tempat lain. Resep ini merupakan penerus dari resep bakmi kakek pak Tjokro yang dimodifikasi menjadi bakmi tumis yang digoreng dengan kuah yang sedikit dan tidak terlalu basah membuat bakmi ini menjadi menu khas dan original di Wong Fu Kie.
Selain Mun Kiaw Mien ada lagi nih yang enak, namanya Pak Cham Kee. Menu ini adalah ayam kampung yang direbus dengan sangat wangi sehingga matang dan segar dagingnya. Dihidangkan dengan tambahan bawang putih yang menjadi khas masakan Hakka dan minyak wijen untuk meningkatkan kegurihan rasa masakan ini.
Untuk yang suka dengan belut, Wong Fu Kie menyarankan anda untuk mencoba masakannya yang bernama Wong San Fumak. Hidangan ini sudah jelas sekali merupakan potongan-potongan daging belut yang digoreng dengan tepung, mengubahnya menjadi sangat renyah. Tak lupa ditambahkan dengan sayur kailan dan saus asam-manis yang mempunyai cita rasa masakan Hakka.
Selain makanan, minuman juga wajib dicoba untuk menemani hidangan lezat Wong Fu Kie. Chinese Tea yang disajikan dengan teko yang berwarna merah membawa anda ke masa lampau karena rasanya yang enak, hangat dan sangat khas. Teh ini bisa dipilih dengan rasa oolong dan rasa lainnya.
Dalam interview Pak Tjokro dengan Ibu Nini, Pak Tjokro berharap Wong Fu Kie tetap terus eksis kedepannya dan diteruskan oleh generasi wong fu kie selanjutnya agar restoran ini bisa terus dikenang oleh anak-anak dan cucu pengunjung di masa depan tanpa memutuskan hubungan baik antara pengunjung dan pemilik restoran. Tidak menutup kemungkinan bahwa pak Tjokro akan membuka cabang restorannya di tempat lain sesuai dengan visi dan misi Wong Fu Kie walaupun sedang fokus dengan tempat yang sekarang. Pak Tjokro ingin terus memprioritaskan melayani pelanggan loyalnya, yang bahkan sudah berumur sangat tua dan memakai kursi roda.
Sumber : Wikipedia.com, Kumparan.com, Tempat.com, Travelingyuk.com,
Hakkaindonesia.com,
Share